Ikhsan Falihi
(PENYAIR PINGGIR KALI)

Sunday, February 4, 2018

SYAIR PUTRI HIJAU 1

SYAIR PUTRI HIJAU 1

BAGIAN I : PERMULAAN KALAM

Bismillah itu permulaan kata
Dengan nama Allah Tuhan semesta
Saya mengarangkan satu cerita
Orang dahulu empunya warta

Adapun maksud syair dikarangkan
Bukannya pandai saya tunjukkan
Cerita yang benar saya kabarkan
Lebih dan kurang harap maafkan

Karena saya bukan pengarang
Ilmu tiada pahampun kurang
Hina dan miskin bukan sebarang
Duduk bercinta di negeri orang

Cerita ini nyata terjadi
Di Sumatera Timur, di tanah Deli
Cerita dulu lama sekali
Hikayat seorang raja asli

Meskipun cerita mustahil rasanya
Kebanyakan orang demikian pahamnya
Hukum akal ada menerimanya
Semuanya ini harus adanya

Jika dikehendaki Tuhan semesta
Yang sulit itu menjadi nyata
Lautan boleh menjadi kota
Gunung yang tinggi menjadi rata

Begitu duga cerita ini
Kodrat Allah Tuhan Robbani
Membenarkannya orang berani
Banyak yang tahu di sana-sini

Banyak keterangan sudah didapati
Ataupun tanda-tanda sebagai bukti
Tanda sudah saya lihati
Menjadikan percaya di dalam hati

Tiga keterangan saya tunjukkan
Tuan-tuan pembaca boleh saksikan
Bersama-sama kita pikirkan
Benarkah ia ataupun bukan

Keterangan pertama saya membagi
Suatu pancuran tepian mandi
Sampai sekarang tinggallah sendi
Di Deli tua adalah lagi

Di Deli tua tempatnya itu
Rupanya hampir sebagai batu
Jarang orang sampai kesitu
Karena jalannya tiada bertentu

Keterangan kedua lagi suatu
Meriam puntung asalnya ratu
Di istana Maimun tempatnya itu
Beratapkan ijuk berlantai batu

Keterangan ketiga konon kabarnya
Seekor naga yang amat besarnya
Di Belawan Deli tempat lalunya
Sampai sekarang ada bekasnya

Sampai di sini saya berhenti
Keterangan-keterangan sudah terbukti
Dengan ceritanya baik diganti
Supaya hasil maksud di hati

Beginilah konon mula cerita
Seorang raja di atas tahta
Kerajaan besar sudahlah nyata
Rakyatnya banyak beribu juta

Kerajaannya besar nyatalah sudah
Negerinya ramai kotanya indah
Banyaklah dagang ke sana berpindah
Kepada baginda datang merendah

Sultan Sulaiman nama baginda
Hukumnya adil cacat tiada
Kaya, miskin, tua, dan muda
Dihukumkan baginda tidak berbeda

BAGIAN II : SULTAN SULAIMAN

Deli tua negerinya itu
Kotanya kukuh berpagar batu
Pasarnya ramai bukan suatu
Tiada berbanding di zaman itu

Baginda berputra tiga orang jua
Laki-laki konon putra yang tua
Putri cantik putra kedua
Parasnya elok jarang tersua

Putri Hijau disebut nama
Eloknya tidak dapat disama
Sebagai dewa turun menjelma
Gemilang sebagai bulan purnama

Wajahnya bercahya berseri-seri
Laksana paras anakan peri
Tiada bandingnya di dalam negeri
Mahal didapat sukar dicari

Putih kuning badannya sedang
Pinggangnya ramping dadanya bidang
Rambutnya hitam terlalu panjang
Memberi asyik siapa memandang

Putih berseri nyata kelihatan
Giginya berkilat seperti intan
Seumpama sinar bintang selatan
Menjadikan lupa segala ingatan

Putra yang bungsu laki-laki jua
Parasnya elok tiadalah dua
Menarik hati orang semua
Dikasihi rakyat muda dan tua

Adapun akan duli baginda
Istrinya lama sudah tiada
Banyak dicari gadis dan randa
Hati baginda penuju tiada

Tinggallah baginda tiada beristri
Memerintah kota dusun negeri
Banyaklah datang dagang senteri
Kepada baginda perhambakan diri

Putri Hijau baginda peliharakan
Apa kehendaknya baginda turutkan
Tiadalah pernah baginda bantahkan
Kasih dan sayang tiada terperikan

Beberapa lama demikian itu
Di atas tahta konon sang ratu
Dengan kehendak Tuhan yang satu
Bagindapun gering suatu waktu

Baginda nan gering bukan kepalang
Badannya kurus tinggallah tulang
Tabibpun selalu datang berulang
Mengobati baginda raja terbilang

Tabib berusaha bersungguh hati
Menolong baginda Raja berbakti
Sudahlah takdir Rabul ’izzati
Penyakit tak dapat lagi diobati

Pertolongan tabib tiada berfaedah
Semakin payah sultan yang syahdah
Ajal baginda hampirlah sudah
Ke negeri yang baka akan berpindah

Dengan hal yang demikian itu
Penyakit menggoda setiap waktu
Obatpun tiada dapat membantu
Bagindapun mangkat ketika itu

Baginda berpulang ke rahmatullah
Tahta kebesaran semua tinggallah
Harta dunia sudah terjumlah
Kepada yang lain diberikan Allah

Atas kehilangan duli mahkota
Rakyatpun sangat berdukatjita
Menteri, hulubalang, menangis rata
Istimewa pula putra sang nata

Ketiga putra raja sangatlah pilu
Bercerai dengan junjungan hulu
Hatinya rawan bertambah pilu
Sebagai diiris dengan sembilu

Menangislah ia tiga saudara
Hatinya pilu tiada terkira
Sebagai terbuang di hutan dura
Sangat merasai azab sengsara

Cerita tiada saya panjangkan
Jenazah baginda lalu dimakamkan
Dengan alatnya semua dikerjakan
Adat raja-raja lengkap diadakan

Setelah selesai pekerjaan itu
Tinggallah putranya berhati mutu
Duduk bermenung setiap waktu
Terkenangkan ayahanda paduka ratu

Akan ganti duli baginda
Putra yang sulung menjadi raja
Hukumnya adil samalah saja
Dengan marhum paduka ayahanda

Seisi negeri bersenang hati
Melihatkan perintah demikian pekerti
Rakyatpun sangat berbuat bakti
Segala perintahnya mereka turuti