Ikhsan Falihi
(PENYAIR PINGGIR KALI)

Sunday, February 4, 2018

SYAIR PUTRI HIJAU 3


SYAIR PUTRI HIJAU 3


BAGIAN IV: MENCARI CAHAYA HIJAU

Segeralah mamanda berjalan pergi
Kudoakan jua petang dan pagi
Jika ada Allah membagi
Beroleh keuntungan, jangan merugi

Setelah sudah demikian itu
Wazirpun menyembah kepada ratu
Berjalanlah ia menuju pintu
Keluar dari kotanya batu

Seorang menteri menjadi tolan
Lengkap membawa bekal-bekalan
Sangatlah cepat mereka berjalan
Dengan hati merasa malan

Berjalan mereka dua sekawan
Hatinya sangat pilu dan rawan
Tempat dituju tiada ketahuan
Menyerahkan dirinya kepada Tuhan

Mereka berjalan sehari-hari
Sehingga sampai malamnya hari
Sambil memandang kesana kemari
Maksudnya cahaya hendak dicari

Dengan kodrat Rabbil jalaali
Nampaklah cahaya lagi sekali
Hijau terbentang umpama tali
Letaknya arah ditanah Deli

Waktu wazir memandang nyata
Cahaya terang sebagai pelita
Kepada menteri dikhabarkan serta
Mereka pun sangat bersukacita

Lama mereka melihat itu
Herannya bukan lagi suatu
Berdiam diri sebagai batu
Memikirkan kekayaan Tuhan yang satu

Seketika lagi cahayapun hilang
Tapi bintang gemerlapan gemilang
Bulanpun terbit cahaya cemerlang
Menerangi bumi tiada berselang

Jauh malam sudahlah hari
Merekapun mengantuk tiada terperi
Pohon yang rindang segera dicari
Keduanya lalu membaringkan diri

Tatkala hari sudahlah siang
Keduanya bangun lalu sembahyang
Dalam hatinya sangatlah riang
Tempat cahaya sudah terbayang

Setelah sudah sembahyang itu
Berjalanlah kedua mereka itu
Berserah kepada Tuhan yang satu
Kepadanya mendoa meminta bantu

Tiadalah saja berpanjang kalam
Mereka berjalan siang dan malam
Beberapa menempuh hutan yang kelam
Gunung yang tinggi, lembah yang dalam

Dengan takdir Rabbil jalaali
Sampailah mereka ke Labuhan deli
Kedalam negeri langsung sekali
Mereka menyamar sebagai kuli

Disitulah mereka berhenti keduanya
Karena hendak melepaskan lelahnya
Tambahan hendak bertanyakan halnya
Akan cahaya dimana tempatnya

Dengan beberapa daya-upaya
Dapatlah mereka hikayat cahaya
Di Deli tua nyatalah ia
Dalam istana tempat yang mulia

Itulah cahaya putri ratu
Bukanlah cahaya jin dan hantu
Putri Hijau namanya itu
Putri yang cantik bukan suatu

Bermufakatlah wazir dengan menteri
Hendak pergi ke Deli tua negeri
Maksud melihat tuannya putri
Dipersaksikan dengan mata sendiri

Cerita tidak dilanjutkan lagi
Kedua mereka lalulah pergi
Berjalan mereka duanya hari
Sampailah mereka kedalam negeri

Dengan beberapa daya upaya
Kedalam istana sampailah ia
Menyamarkan diri sebagai sahaja
Tingkah dan laku serta gaya

Sudahlah untung bagi mereka
Sampailah sudah saat ketika
Dengan tiada disangka-sangka
Putri Hijau nampaklah muka

Parasnya elok bagai digambar
Memandang putri hati berdebar
Indah putri tak dapat terkabar
Lalu mengucap Allahu akbar

Mereka tercengang terlalu lama
Menentang paras putri utama
Cantik mejelis dewi menjelma
Tiada banding dimana-mana

Setelah hari jauhlah malam
Putripun lalu masuk kedalam
Wazirpun masih pikiran kelam
Menentang putri permata nilam

Ia berkata kepada menteri
Sekarang apa bitjara diri
Kita nan sudah sampai kemari
Maksud sampai Allah memberi

Menteri pun lalu menjawab kata
Aduhai saudara wazir yang po’ta
Djika menurut pikiran beta
Baiklah kita kembali serta

Kenegeri Atjeh kembali kita
Persembahan kepada duli mahkota
Segala yang sudah dipandang mata
Supaya baginda tiada bercinta

Wazir mendengar perkataan itu
Dalam hatinya benarlah tentu
Merekapun keluar darinya situ
Menyamar kepada penunggu pintu

Dari dalam istana keluar mereka
Hati keduanya sangatlah suka
Semuanya maksud sampai belaka
Ditolong oleh Tuhan yang baka

Kedua mereka lalu berangkat
Dengan berjalan terlalu cepat
Perjalanan jauh serasa singkat
Kenegeri Aceh sudahlah dekat

Kata orang empunya madah
Kenegeri Aceh sampailah sudah
Tiadalah lagi berhati gundah
Kedalam kota menyampaikan sembah

Waktu sultan melihat mereka
Hati baginda sangatlah suka
Berseri-seri warnanya muka
Lalu bertitah itu ketika

Baginda bertitah demikian peri
Aduhai mamanda wazir menteri
Mengapakah segera pulang kemari
Adakah sampai maksudnya diri?

Wazirpun tunduk lalu berkata
Ampun tuanku duli mahkota
Berkat pertolongan Tuhan semesta
Sampailah sudah bagai dicita

Patik mengembara segenap negeri
Bertanyakan wartanya kesana kemari
Dengan pertolongan khaaliqul bahri
Dapatlah warta, khabar, dan peri

Adapun akan cahya itu
Bukanlah cahya jin dan hantu
Hanyalah cahaya putri ratu
Di Deli tua berkota batu

Gemilang cahaya seorang putri
Di Deli tua namanya negeri
Eloknya tidak lagi terperi
Mahal didapat, sukar dicari

Cantik sungguh putri bangsawan
Beserta dengan budi dermawan
Mukanya bujur kilau-kilauan
Memberi asyik laki-laki perempuan

Giginya putih cahaya cemerlang
Umpama dian didalam pelang
Gaya dan sikap indah terbilang
Jika terpandang semangat hilang

Ampun tuanku mahkota negeri
Sungguhlah cantik tuan putri
Patut dihadap hulubalang menteri
Kepada tuanku menjadi suri

Perempuan begitu sukar didapat
Meski dicari segenap tempat
Cukup padanya segala sipat
Sangat beruntung siapa mendapat

Demi sultan mendengar warta
Baginda diam tiada berkata
Didalam hati timbullah cinta
Kepada putri indah jelita

Cinta berahi timbul menggoda
Kepada sultan jang masih muda
Rasanya cinta didalam dada
Kepada puteri muda remadja

Jika penyakit demikian pekerti
Tentu obatnya sukar didapati
Jika tak dapat cinta dihati
Tentulah badan merana dan mati

Penyakit cinta kalau terkena
Tentulah badan jadi merana
Karena merindu gundah gulana
Makan tak sedap tidur tak lena

Tiadalah saya berpanjang madah
Karena hati sangatlah gundah
Tambahan mengarang bukannya mudah
Dituliskan sekadar yang berfaedah

Sultan Aceh raja bangsawan
Sehari-hari berhati rawan
Terkenangkan putri muda rupawan
Maksudnya hendak dibuat kawan